Thursday, January 12, 2023

a Very Short Trip to Nagoya

Halo!

Kali ini, gue mau menceritakan sekelumit kisah ketika kita mampir ke Nagoya (mumpung ingatan masih fresh). Jadi, rencana awal kita tuh pergi ke Nagoya karena mau ke Takayama dan Shirakawa-go lewat sini, karena travel kita emang berangkat dari Nagoya, plus mau ketemu sama temen kantor gue yang lama, namanya Rizal. Akan tetapi, ternyata memang belum rejeki untuk ketemuan dulu karena abang Jali ternyata ada jadwal makan-makan bareng temen sekantor 😢 tapi ga papa, siapa tau next ternyata ketemuannya di Osaka? atau malah di Jogja? Random.

Jadi, kita memang ke Shirakawa go naik travel. Why? Ada beberapa pertimbangan di sini (selain yang emang kita kurang explore aja kalau tau ada nohi bus buat ke Shirakawa go dan Takayama gifu)

  1. Sebetulnya, ke Nagoya atau Takayama bisa naik bus, tapiiii kita takut anak kita kurang nyaman perjalanan 5-6jam, takut juga kalau ganggu kenyamanan orang lain di bus, atau dia cranky.
  2. Kalau by travel, kita tinggal duduk manis aja. (ini pertimbangan terbesar kita) plus jelas, karena ada guide buat ditanya-tanya.
  3. Minusnya adalah, waktunya sangat amat terbatas ya. Bener-bener buru-buru dan kurang puas aja mainnya.
Itu dulu sih ya, nanti kita bahas aja di post selanjutnya khusus tentang winter trip ke Takayama dan Shirakawa-go.

touch down di Nagoya Station, depan Yuri Fountain


Nah, pertama touch down di Nagoya, bapack Firdanlah yang menjadi seksi angkut-angkut dan dorong-dorong koper. Nah, salahnya kita adalah, kita tuh pakai koper yang ukuran 20kg (gue ga hapal liternya berapa), dan tas travel yang dicangklongin diatas koper, karena ini kan kali pertamanya kita naik shinkansen ya, belum tau medannya bijimana, yang ternyata area kaki penumpang tuh cukup luas buat bawa koper haji sekalipun menurut gue. Jadilah bapack Firdan cukup kewalahan membawa bawaan pakaian untuk 3 orang dan bahan pakan untuk 10 hari kita ngebolang.

Kita dorong-dorong sambil jalan kaki ke hotel. Di Nagoya, kita nginep di Hotel Trusty, jaraknya kira-kira 1-1,5 km dari Nagoya station, agak pe er sebetulnya ya untuk jalan kaki sambil dorong koper heboh & stroller. Akhirnya kita sampai di hotel kira-kira jam 5an which is udah maghrib kalau pas winter di Jepang. Padahal rencananya kita mau ke art museum sore-sore di golden hour biar ciamik pas foto-foto.

Kita keluar hotel kira-kira jam 6an lah abis sholat magrib, dan sudah gelap gulita gegap gempita. Ga deng, lebay. Ya intinya udah ga seindah kalau ada sinar mentari aja. Yauds kita jalan kaki ke Nagoya art and science museum dan ya, udah tutup dong ya pastinya. Kita akhirnya foto-foto aja di depan roket-roket disitu.

Landmark Nagoya art & science museum, langsung auto play lagu ESQ atau interstellar

 



Sekelumit penampakan roket-roket di luar.

Ngga lama foto-foto, kita diusir  diinfo penjaga kalo museumnya mau ditutup, jadi kita ngacir deh. Lanjut jalan-jalan ke mirai TV tower kira-kira jalan kaki 1,5 km dari museum. Di tengah jalan menuju mirai TV, kita nemu sekolahnya Kojiro Hyuga. Yang pernah nonton Captain Tsubasa pasti tau.

Padahal Tsubasa dapet beasiswa juga buat sekolah di Toho, hais.

Lanjut deh kita jalan lagi di tengah dinginnya malam, walaupun ngga lagi turun salju, tapi anginnya wah, lebih parah dari cinta deh, karena love is like a wind kan, you can't see it but you can feel it. Tapi ini dasyat banget.

Akhirnya sampailah kita di Mirai tv tower yang ternyata oh ternyata layout dan bentuknya cukup mirip sama eiffel tower.

Akan saya anggap sebagai panggilan untuk Europe tour, colek bapack Firdan.

Karena kita clueless ngga tau mau kemana lagi, akhirnya kita ke Sakae aja yang deket situ. Karena sayang banget kan kalo udah jauh-jauh terus malah tidur di hotel aja, kaya pindah tidur doang jadinya. Kalo ga ganggu mah, Jappy udah gue ajak berkemah atau tidur di capsule hotel kali. Untung gue masih bermartabat sebagai ibu, dan mementingkan kenyamanan bersama.

Di Sakae kita cuma jalan-jalan strolling around aja sih, ngeliatin orang main ice skitting (yang di Jakarta juga buanyak sky rink nya) sama ke daiso karena mau beli potongan kuku. Terus kita juga naik ke atas towernya buat ngeliat Mirai tower dari atas, tapi gue ngerasa jetlag, ga tau karena gue yang abis naik Shinkansen atau emang lantai kacanya goyang-goyang kalo tiap ada orang lewat. Karena jiwa ibu-ibu bijak yang khawatir akan keselamatan keluarga mulai bergejolak di hati gue, akhirnya ngga lama-lama, gue ajak para lelaki ini turun dan pulang aja karena udah malam juga (mengingat perjalanan esok hari masih panjang)

Terus di tengah perjalanan, gue suruh Jappy pakai sarung tangan, eh ternyata, sarung tangan anak gue ini ngga ada! Si bapack langsung gempar karena tadi dia yang mengemban amanah untuk membawa sarung tangan anak. Gue udah masang muka bete tuh tapi berusaha tetep kalem. Akhirnya selama perjalanan pulang, kita mampir ke setiap gerai yang kira-kira berpotensi untuk jual sarung tangan such as Uniqlo, Drug Store, bahkan sampe konbini juga kita babat. Hasilnya? nihil. Kita mencari ide bagaimana baiknya ya? Masa besok ke Shirakawa-go malah ga pake sarung tangan 😭

Lalu ide kreatif bapack Firdan mulai tercetus dari otak desainernya yang liar.
"Sayang, pakai kaos kaki heat-tech aja!"

Ingin ku amuk. Tapi sudah malam.
Dan akhirnya sarung tangan itu masih terngiyang-ngiyang hingga terbawa mimpi.

Setelah Hampir 6 Bulan Tinggal di Jepang

Pertama kali foto depan landmark glico-man,
Dotonbori, 2022

Halo!

Ngga kerasa, sudah hampir setengah tahun gue tinggal di negeri Doraemon, setelah 27 tahun tinggal di Indonesia. Apalagi, ini juga bepergian gue kembali setelah terakhir ke LN tuh tahun 2011, itupun deket, ke Singapore aja. Dan kali ini, gue berangkat naik pesawat 7 jam bareng toddler usia 2 tahun.

Setelah kurang lebih 6 bulan tinggal di sini, yang dirasakan adalah, masih so far so good. Jujur, tinggal di negara maju tanpa hutang tuh enak. Alhamdulillah, kita sering dapat tunjangan disini, yang paling kerasa menurut gue, adalah tunjangan anak (ini tergantung usia dan daerah masing-masing ya). Tiap bulan, kita dapat tunjangan untuk keperluan anak, dan ditransfer ke rekening masing-masing tiap 3 bulan. Kita juga dapat bantuan tunjangan kenaikan harga gas karena belakangan ini harga kebutuhan rumah tangga naik. Selain itu, kita juga dapat tunjangan kesehatan, untuk anak, berobat di klinik manapun cukup bayar 500 yen saja include penanganan dokter dan obat, hehe, alhamdulillah!

Apakah tinggal di sini lebih enak tinggal di Indonesia?
Plus minus lah saudara-saudara.
Untuk kelebihannya apa aja, udah pasti sering banget kan kalian dengar dari sosial media dan internet?

Kelebihan tinggal di Jepang  menurut gue:
  1. Tertib. Banget.
  2. Bersih. Sampah adalah tanggung jawab masing-masing. Bahkan tempat pembuangan sampah dipasang cctv buat mantau, apakah penghuni buang sampah tepat pada waktunya?
  3. Di tempat gue tinggal, sunyi (kalo kata orang sini, Shizuka desu). Gue udah lama banget ga terlibat dan ga melihat kemacetan, hampir ga ada bunyi klakson, kecuali ada hal darurat (kaya misal ada truck gede mundur, di belakangnya ada mobil)
  4. Tunjangan (yang tadi sudah gue ceritakan)
  5. Aman. So far ya ini, alhamdulillah aman.
  6. No pungli, so far. Karena orang sini tuh terkenal dengan "budaya malu", jadi kalo mereka menerima uang suap ga jelas atau uang ga jelas, mereka malu.
  7. Karena gue tinggal di daerah Osaka, orang-orang terkenal ramah :)
  8. People mind their own business.
Sementara yang bikin gue sometimes mikir "ah.. ini enakan di Indo.."
  1. Ga ada masjid, kalaupun ada, jaraknya jauh, harus naik kereta.
  2. Mahal :( Sayur organik dan fresh mahal, kalo yang frozen mahal tapi gak semahal yang fresh.
  3. Agak tricky untuk cari makanan halal, harus cek logo halal, cek pakai app halal japan, atau baca kandungan satu-satu by google translate.
  4. Harus banget mengedepankan kepentingan bersama. Yes, bukannya niat egois sih, tapi nama juga punya anak toddler yang kadang belum bisa kita atur kaya orang dewasa, jadi kalau di apato tuh suka kita suruh tenang, jangan lari-lari, jangan mukul tembok, dll... ya, larangan buat dia gerak bebas berekspresi lebih ketat (karena kita takut diketuk polisi akibat ganggu kenyamanan tetangga atau kenyamanan orang lain)
  5. Ga semua orang bisa Eigo (Bahasa Inggris), apalagi di tempat gue tinggal. Harus belajar Nihongo (Bahasa Jepang, but not a prob yaa)
  6. Disini karena orang-orangnya mind their own business, mereka tidak terlalu bergaul ke tetangga sana-sini, atau lebih tepatnya, kalo ngga penting-penting amat ga usah lah! 
  7. Semua toko dan resto kebanyakan tutup jam 8, gue kadang jam segitu aja baru laper.
  8. Kaga ada TPQ 😭 yok bisa yok ayah ibu!
  9. Makan di Indonesia tentu lebih lezat dan lebih murce, walaupun ya.. pengolahannya kelihatan lebih sehat disini (tapi kalo ngga halal ya percuma dong, gue ga bisa makan!)
Jadi, lebih enak tinggal di mana?
Tentunya yang pasti adalah di rumah sendiri, hehe.
Selama keluarga menjadi home definition kita, kemanapun mereka pergi ya, disitu tempat kita berpulang pada akhirnya yaa.

(masih nyambung ngga sih?)

Tuesday, January 10, 2023

Shinkansen Experience For The First Time.

Bismillah,

Halo halo.

Jadi kali ini gue mau cerita tentang kegiatan kita selama Fuyu-Yasumi (libur musim dingin) kita di Jepang. Sebelumnya, gue mau info kalau kita sekarang berdomisili di Osaka, pindahan sejak pertengahan tahun 2022. Sebagai pendatang baru yang udah lama buanget ga bepergian keluar negeri, tentunya banyak ke-norak-an dan clingak clinguk hah hah heh hoh yg kita alami selama hidup di sini, dan tentunya kita hadapi dengan doa, bismillah, pasang muka datar, berusaha stay cool dan nanya ke orang lain kalo ga tau, haha.

Kemarin pas Natsu Yasumi, karena kita baru banget alias newbie banget di negeri sakura, kita selama liburan masih ngikut temen-temen aja, setelah beberapa bulan mempelajari dan cari info baik nanya temen-temen dan dari internet, kita memutuskan untuk rihlah ke Nagoya, Shirakawa-go dan Tokyo selama Fuyu-Yasumi ini. Ini akan menjadi perjalanan yang cukup mendebarkan karena temen-temen pada bilang

"Ke Tokyo? Mirip aja sama Umeda kok, Haha!"

atau

"di Tokyo, stasiunnya lebih jelimet dari Osaka, banyak peron, dah bingung dah!"

wkwk. Tentu saja kami tetap pergi kesana karena penasaran dan karena kami gemar menantang adrenalin di usia yang late 20's ini.

Oke, jadi kita akhirnya berangkat di tanggal 28 Desember 2022 dan naik Shinkansen, kenapa Shinkansen? Kenapa gak pesawat atau bus? Ada beberapa pertimbangan (yang terutama didominasi dari karena kita sekarang sudah punya anak)

  1. Waktunya cukup fleksibel. Shinkansen ada tiap 8-10 menit (cmiiw), kalau ketinggalan satu, tenang aja. ada lagi habis itu. Ngga kaya pesawat yang pakem banget, lo ketinggalan flight schedule yaudah wassalam aja.
  2. Naik pesawat mahal bro... terus siap-siapnya harus early banget. Sejak punya anak, untuk kita agak susah buat jadi morning person (ya tiap orang beda-beda ya) karena di sini udara dingin, kalo jalan terlalu pagi anak kedinginan, belom lagi kemarinnya habis demam dan batuk. Jadi kita bener-bener sesiap dan senyamannya kita aja.
  3. Tempat duduk di shinkansen ternyata gak sesempit kaya kereta di Indo. Bagian depan lowong untuk taruh koper dan stroller, apalagi kalau kita duduk di bangku bagian paling depan, lebih lowong lagi lah. Tapi bukan berarti kaki bisa selonjoran banget ya.
  4. Kalo naik bus, memang lebih murah banget. Tapi dengan perjalanan kira-kira yang bisa memakan waktu 8 jam, hmm, buat kita no dulu deh. Selain karena anak kita belum sepenuhnya lulus toilet training (masih pakai popok dan suka berak di popok), karena takut berisik dan ganggu penumpang lain. Fyi, di Jepang tuh ada budaya kenyamanan umum / kenyamanan bersama over kenyamanan pribadi, jadi ya, demi kemaslahatan umat buat sekarang no dulu untuk naik bus dengan durasi waktu lama :)
  5. Beli tiket cenderung mudah, kita beli pas di stasiun. Kalau ngga ngerti pakai mesin, bisa langsung ke loket tiket dan dibantu sama petugas yang super informatif. Harga tiket shinkansen menurut saya mahal ya, bisa diatas 10.000 yen (Rp 1.000.000) per tiket, but very worth it untuk naik kereta peluru ini. Perjalanan Osaka-Tokyo bisa menempuh waktu 2,5 jam lah kira-kira, mirip-mirip dikit sama naik pesawat + siap-siapnya dari rumah.
Untuk beli tiket shinkansen, kalau kamu dari Indonesia (di Jepang sementara aja, untuk wisatawan) gue saranin beli tiket shinkansen dari Indonesia aja biar ngga ribet dan ga motong uang jajan banyak-banyak. Bisa lewat klook. Tapi kalau kamu kaya kami, yang sedang tinggal di Jepang, masih aman lah kalau beli tiketnya on the spot di stasiun.

Tiket dari Shin-Osaka ke Nagoya.



Oke, setelah berhasil membeli tiket kita capcus!
Pertama, kita beli tiket yang non-reseved alias random aja gitu tempat duduknya. Tiket ini lebih murah dari tiket yang reseved, karena kita ngga milih tempat duduk. Biasanya, untuk gerbong non-reseved ada di ujung-ujung kereta, kaya di gerbong nomor 1-3 gitu, tapi beda-beda ya tiap kereta.

Naik shinkansen juga bisa hoki-hokian, kalo misal lagi lowong ya, kursi kosong bisa dimanfaatkan (kaya karena Jappy masih toddler, jadi masih free. Ketika ada kursi lowong, bisa dipakai dia duduk) tapi once again, ngga boleh egois, jadi kita nunggu kursi bener-bener vacant buat dipakai Jappy. Tapi untuk perjalanan pertama ini, kita pakai kursi 2 orang dan Jappy dipangku gue.

Anaknya udah napsu duduk sendiri.

First impression pertama kami naik Shinkansen, seru banget dan ehem, norak. Karena cuepet banget, kita yang pertama kali naik shinkansen merasa kalo pemandangannya kaya time-lapse gitu. Alhamdulillah ngga lagi maag atau masuk angin, bisa-bisa mual gue kalo naik shinkansen dalam kondisi capek dan sakit gitu, ahahaha.

                                                    

Suasana dalem shinkansen, ga foto banyak-banyak karena ribet sambil pangku & suapin makan. 

Btw, di shinkansen kita boleh makan yaa! (asal sampah dibawa sendiri keluar kereta since sampah adalah tanggung jawab masing-masing kita individu) gue selalu bawa kresek kecil buat nampung sampah kita, jadi setiap kita turun kereta, kita selalu buang sampah di tempat sampah yang sudah disediakan. Jangan lupa sampahnya juga dipilah sesuai jenisnya.

Ngomong soal makan, kita bawa bekal hari itu. Kita juga beli onigiri di konbini (convinient store macem indomart / alfamart kalo di Indonesia). Sebenernya, di stasiun juga ada yang jual the famous Eki-ben. Kita udah berencana beli, tapi eh tapi ternyata mengandung babs alias pork yang berarti haram :( padahal lucu banget yaAllah, gambar kirby, gudetama, anpanman, ahh... not our rejeki.


Eki-ben, bento khas stasiun shinkansen yang gemas abis.


Setelah menempuh waktu yang cukup singkat kira-kira 1-1,5 jam akhirnya kami touch down di Nagoya. Alhamdulillah!

                                                   


First touch down in Nagoya, sebelum ke Tokyo.

Kita kesini dulu karena ada rencana untuk ketemu temen lama di kantor gue dulu, sekalian mau ke Takayama dan Shirakawa-go buat ngerasain salju. 

Gitu dulu aja kali ya, lagi enak-enak ngetik eh bujangan bangun. Hmm, see you on the next post!

After all this time..

Halo!

After all this time, dari banyak draft post yang jaman dulu biasanya gue tulis dulu di words, abis itu draftnya hilang tertelan laptop lama beserta data-data yang hanyut..pasti pada nanya kan, kenapa ga nulis di draft dulu aja? karena zaman itu gue gak selalu "online" HAHA. jadi ya begitulah, hanyut bersama kenangan lain.

Oke, akhirnya setelah sekian lama gue mencoba ngepost lagi, post terakhir ternyata tentang gue lulus kuliah dan wisuda bareng pacar (yang sekarang alhamdulillah sudah menjadi ayah dari anak laki-laki kami), sempet gue refresh2 lagi, bener ngga sih post ini post paling terakhir? perasaan engga deh, ternyata bener. Post terakhir adalah post saat kami wisuda kira-kira hampir 4,5 tahun yang lalu.
Banyaaak banget hal yang sudah berlalu, dan step perjalanan dalam hidup gue terus berlalu, dari mulai bekerja, kami memutuskan untuk menikah, terus mulai meninggalkan hobi-hobi lama yang sebenernya sayang sekali untuk ditinggalkan (such as postrcossing, karena ga ada waktu buat ke kantor pos), kerja bagai kuda, hamil, melahirkan, mengurus anak, pindah domisili, dll.

Gue punya buanyak banget hal yg ingin gue utarakan, ingin gue tulis untuk reminder diri sendiri secara online. Awalnya gue tulis di insta stories, tp lama kelamaan gue ga pede sendiri, secara insta gue difollow cukup banyak kenalan, teman, saudara, orang tua, dll yg dimana gue insecure sendiri kalau curahan isi hati dan pemikiran gue nantinya akan dijadikan bahan gunjingan, haha. Lucu ya, gue yang jaman remaja ekstrovert dan nyablak, makin kesini jadi introvert walaupun tetap nyablak. Sebenernya emang sih tinggal di-hide aja storiesnya atau diclose friends, tapi tetep aja kaya ada yg ganjel gitu.

Oke, next nya mungkin gue akan banyak nulis lagi disini sebagai sarana gue healing by writing, sarana menulis kenangan, sarana reminder kalau kita pernah salah but it's ok. Kaya gue pas chat sama temen SMP gue, Fadly, dia bilang dia inget banget isi post di blog gue jaman SMP (yg waktu itu penuh aib dan gue sendiri udah lupa pernah ngepost itu), pas chat, dia bilang dia inget jelas gue pernah nulis apa. Terus pas ketemuan di Shibuya, dia juga cerita ke cowo gue "Gue inget rara dulu nulis ini......" yg gue akhirnya buka blog gue ini lagi (karena blog gue yg SMP dulu servernya udah hilang), blog ini dari gue jaman SMA kan, pas gue baca postingan gue sendiri, gue ngakak malem2 dan manggil cowo gue

"Sayang, aku dulu freak banget....kok temen-temen aku masih pada respon aku ya!?"

Gatau cowo gue ilfeel apa engga, untung udah nikah.
Intinya, gue akan menggunakan blog ini kembali, insyaAllah.
Bismillah, semoga bermanfaat!
 

Template by BloggerCandy.com