Monday, July 17, 2023

Living Abroad, Meets Friends and New People, Never Ending Learning

di depan Namba Yasaka Jinja,
Salah satu jinja terkenal di Osaka.
Halo!
Setahun tinggal di Osaka, merupakan sefruit tantangan baru dalam hidup kita bertiga. Yang tadinya semua serba ada di Bekasi-Jakarta, di sini kita memulai banyak hal-hal baru, mulai dari 0 lagi, seperti ngelancarin lagi naik sepeda, yang biasa kemana-mana naik mobil, mulai cari supa dengan harga paling terjangkau, yang biasanya nitip Bibi buat belanja ke pasar atau nge-whatsapp Mbak yu (tukang sayur langganan) buat anterin belanjaan ke rumah (mana kalo gue mesen pas papasan mau berangkat ke kantor, belanjaan gue dengan sukarela dicantol depan pintu rumah atau dititip ke rumah ibu, baik banget!❤️), yang biasa kalo lagi mager masak, tinggal beli aja atau suka dapat rezeki dikirimin ibu / kakak makanan, yang biasa kalo riweh kerja ada ayah yang siap dengan tulus ikhlas bantu ngasuh Jappy, atau kemana-mana ada adek yang bisa diajak hang-out bareng, sekarang..
All by ourselves.
Palagi kalo Firdan kerja, udah dunia berasa milik berdua bersama Jappy.
Warga Jepang (setau gue) terkenal akan "mind their own mind", yang awalnya gue pikir, bakalan super cuek, apa-apa sendiri, tidak terlalu suka bersosialisasi, dan menyukai ketenangan. Jadi gue selalu insecure gitu kalau di sini (ya sampai sekarang sih) kaya misal, "anak gue ganggu gak ya?" "suara gue keras banget tetangga keganggu ga ya?" "tadi anak gue lari-lari takut dilaporin polisi!"
Ya, memang sebagian besar mungkin kira-kira mirip begitu, tapiiiiii.... bukan berarti pakem pukul sama rata gitu semua. Nyatanya, memang kadang kita harus lihat dari sisi koin berbeda gitu, kaya lagunya Sherina "lihat segalanya dekat dan kau akan mengerti." cailah.
Yang gue rasain setiap menggunakan fasilitas umum di sini tuh ya, warlok semua pada peka banget. Karena yang selalu gue bilang, mengutamakan kenyaman bersama ketimbang kenyaman pribadi. Beberapa akhlak yang bisa gue contoh meliputi :
  • Sangat peduli sampah (dan pemilahanan berdasarkan jenisnya), jarang banget gue liat sampah berserakan, apalagi orang buang sampah sembarangan. Di tempat pembuangan sampah, ada ditentukan hari-hari pembuangan berdasarkan jenis sampahnya, terus juga di tempat pembuangan sampah dipasang CCTV. (Kayanya bakal panjang nih soal sampah, nanti gue bahas di post lain aja)
  • Kenyamanan di Public Transport. Di kereta salah satunya, orang peka banget untuk ngasih bangku ke "prioritas" (orang hamil, bawa anak, disabilitas & manula). Di kereta juga ngga heboh dan rame, tenang, sunyi, senyap, kalo ada suara orang ngobrol juga ga yang heboh suara kedengeran satu gerbong gitu.
  • Suka bekerja. Bekerja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Di sini, banyak gue lihat kakek-nenek masih bekerja (selain untuk menunjang kebutuhan hidup ya) dengan rajin, ngga diselingin main handphone sama sekali. Gue banyak menemukan kakek nenek menjadi petugas kebersihan, jadi petugas keamaan (iya beneran lho! Di stasiun banyak banget bahkan nenek yang menjadi petugas keamanan, pas gue lagi mundurin sepeda, nenek bilang ke Jappy buat sabar soalnya kalau kena sepeda abunai desu) kasir di konbini (mini market) atau di supa (super market), jadi supir bus, mengisi tinta copic di kantor dll dll. Salut!
  • Sopan. Banget. Di kereta tuh yang gue paling sering ketemu. Bahkan mereka ketika gue tawarkan untuk duduk, malah nolak (agak heran, padahal biasanya kalo di KRL bahkan pada minta diutamakan alih-alih lebih membutuhkan duduk? tapi lagi-lagi, ngga semua gini yaa..) gue sampe malah yang mohon-mohon "douzo.. douzo.." terus mereka bilang "aaah arigatou nee..." bahkan sampai kita sama-sama turun di umeda pun masih bilang terima kasih. Pun pas di supa, tangan gue ngga sengaja kena keranjang belanja nenek, beliau langsung pegang tangan gue "aaaah daijoubu desu ka!!!???" sambil nunduk nunduk. Serius, ini ada ya kota isinya kaya begini?!
  • Kalau membantu, bener-bener sampai tuntas. Pernah malam hari pertama kali gue ke supa, dengan polosnya gue nyari bakso daging sapi. Petugas supa langsung lari. Iya, lari. bukan lari dari kenyataan atau kabur ya.. lari ngecek stock dan bener-bener memastikan kalau barang ada atau engga. Meanwhile gue di tempat lain biasanya nanya barang, petugasnya jalan pelan, ngobrol dulu, main hape... hmm. Terus pas fuyu yasumi, pas kita ke Nagoya for the first time, kita kebingungan buat nyari line yang tepat. Kita akhirnya tanya ke warlok.. yang terjadi adalah malah dianterin ke lokasi (sambil latihan bahasa Inggris katanya). Terus lebihnya lagi, pas ke Tokyo, kita cuma nanya peron kereta, malah ditanya tujuan ke stasiun mana, terus malah dianterin sampe stasiun (padahal jawabannya simple lho, tinggal tunjuk peron seberang). Pas kita bilang ngga apa ditinggal aja.. malah bilangnya "aah.. just in case! daijoubu!" 
Dan banyak lagi kebaikan-kebaikan yang bisa kita contoh dan kita terus amalkan hingga nanti kembali ke tanah air.
Di sini, memang terkenal sebagai negara yang cocok untuk orang-orang introvert (terutama ditunjang dengan teknologi self servicenya dan orang-orangnya yang juga jujur), tapi bukan berarti orangnya cuek banget sama keadaan sekitar ya. Gue justru agak heran, sama yang bilang orang-orangnya cuek-cuek, kaya, wait, cueknya dalam rangka apa dulu nih? kalau cuek sama urusan pribadi orang lain ya wajar aja. Tapi kalau cuek sama orang yang tampak membutuhkan bantuan... kayanya engga deh. 
Berapa kali gue dibantu sama warga lokal.
Cuma gara-gara gue kesusahan pasang gedongan pas Jappy lagi tidur sesampainya di supa, sampai orangnya bener-bener nungguin gue "mama.. daijoubu desu ka?" padahal gue udah bilang daijobu.
Cuma gara-gara gue kesusahan parkir sepeda karena boncengan Jappy yg guede.
Cuma gara-gara jatoh gara-gara melintas di turunan jalan.
Cuma gara-gara Jappy tidur pas habis bayar belanjaan di Supa, belanjaan gue dimasukin ke tas belanja sama kasirnya (iya, di Jepang tuh kita masukin belanjaan kita sendiri ke tas belanja, jadi antrian di kasir ngga puanjang gara-gara kelamaan nata-nata barang)
Cuma gara-gara gue kesusahan naik di tanjakan, kakek-kakek bantu gue dorong sepeda dari belakang (padahal guenya aja yg lupa nyalain power assist)
Just a little gesture with supermassive impact❤️
By the way tadinya gue mau sekalian cerita soal gue ketemu teman-teman lama di Jepang. Tapi nanti aja deh di lain waktu, post jurnal kali ini gue mau membahas tentang never ending learning gue aja, di mana gue sadari gue harus terus belajar buat jadi lebih bermanfaat lagi. Alhamdulillah, pengalaman living abroad pertama gue di Jepang sangat berkesan. Selanjutnya kemana lagi kita?
Kemana pun kita pergi, dimanapun kita tinggal, baik lanjut pindah ke negara lain, pindah kota lain, kembali ke home town, itu bukanlah suatu down grade. Itu terbaik dari Allah.
Dimanapun tempatnya, semoga kita terus bisa menjadi orang yang bermanfaat, banyak bersyukur, dihindarikan dari ke-khilafan, seperti ilmu padi, yang semakin tinggi, semakin merunduk.
Semoga keluarga gue bisa jadi orang yang bermanfaat kedepannya.
Aamiin
(ini mode sedikit bijak)

0 comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com